Introitus :
Dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Efesus 4 : 27
Bacaan : Roma 5 : 12 – 19 (Antiphonal); Khotbah : Kejadian 2 : 16 – 17; 3 : 1 – 7 (Tunggal)
Thema :
Makanlah yang menjadi bagianmu/Makanlah Yang Seharusnya Dimakan (Panlah si biak man pangan)
Saudara-Saudari Jemaat Tuhan,
Sangat memprihatinkan sebenarnya bila
kita mencoba menelaah kebisaaan bahasa yang ada dalam keseharian kita,
khususnya tentang bekerja. Seharian kita “membanting tulang”
mengeluarkan semua energy, pikiran, waktu dan kekuatan kita; eh alih-alh
ketika ada yang bertanya pada kita “Untuk apa kamu bekerja seharian
seperti itu”. Kita dengan entengnya mengatakan bahkah ada yang bangga
sambil membusungkan dada menjawab “cari makan”… Seolah-olah ngga ada
keperluan lain dalam kehidupan kita selain makan. Dan memang ada juga
ungkapan yang bisa sangat berbeda yakni : Kita makan untuk bekerja” atau
sebaliknya “bekerja untuk makan”. Terlepas dari mana yang benar ataupun
meng”amin’kan istilah “cari makan”, memang harus jujur kita akui bahwa
dalam kehidupan kita ada begitu banyak kebutuhan yang ingin kita penuhi.
Dunia umum menggambarkan bahwa ada
tiga (3) jenis kebutuhan dalam kehidupan kita. Pertama, kebutuhan Primer
(utama) menyangkut sandang, pagan dan papan. Kedua, kebutuhan sekunder
(menengah) menyangkut hal-hal yang bisa menambah bagian yang kta rasa
bisa menunjang kebutuhan primer sehingga lebih layak lagi, semisal
kendaraan roda dua bahkan empat tanpa berfikir tetang bagusnya dan harga
(mahal), yang penting ada. Lalu yang ketiga, kebutuhan lux (mewah),
kalau bahasa sekarang menyangkut masalah “pencitraan diri” suda
terpenuhi kebutuhan primer dan sekunder, namun ini sudah mengarah pada
mpeningkatan mutu dan kwalitas.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus,
Minggu ini kita sangat diarahkan pada
aspek pemenuhan “kebutuhan hidup”. Tentang bagainmana kita mencoba
berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Dan yang menjadi penekanan
adalah apakah masih ada unsure kebenaran, kejujuran, dan takut akan
Tuhan dalam upaya mendapatkannya. Atau kita jatuh pada prisip “bodoh” :
YANG PENTING SELAGI ADA KESEMPATAN….. SIKAAATTT. Masalah dosa urusan
belakang, masalah apakan ada orang lain yang dikorbankan, itu juga ngga
urusan. Yang penting Aku Senang, Aku menang… peduli orang susah.. Yang
penting happy (masih ingatkah kita lirik lagu BENTO)
Dari setiap bagian yang sudah
bersama-sama kita baca ada penekanan yang sangat tegas yang mengarah
pada kesadaran untuk berbuat benar dalam kehidupan. Selain itu, mawas
diri bahwa di sekitar kita ada begitu banyak hal-hal duniawi yang
sepertinya “madu kehidupan” yang bisa memberikan kesenangan; padahal
didalamnya ada :jerat” yang bisa “mematikan” kita. Tawaran-tawaran yang
pada intinya sama seperti ketika manusia “ditahlukkan ular” dengan
segala tipu daya dan kelicikan. Bahkan “mengatasnamakan Sang Kebenaran”
sebagai alat untuk mencapai tujuannya. Tercapaikah tujuan sang Pengacau
itu. Yaaaa… sangat jelas sekali bahwa “manusia” masih kalah abu dan
takluk” pada jeratnya itu.
Lalu bagaimana situasi kondisi kita
saat ini. Miris sekali hati ketika melihat, membaca dan mendengar bahwa
saat ini “bencana yang juga sangat menakutkan yaitu Korupsi”. Alasan
yang dipakai mulai dari kata “terpaksa korupsi sampai pada menyangkal
tidak melakukan padahal melakukan” semua itu menggambarkan
“ketidakbenaran sikap hidup manusia” yang sekaligus juga bagi saya
adalah menggambarkan “Ketidakpercayaan akan kuasa pemeliharaan Tuhan
dalam kehidupan kita” Yang ada adalah keinginan untuk selalu lebih dan
lebih. Persaingan denga orang lain, keinginan untuk mencoba menyatakan
diri sebagai sang penguasa alam” padahal, kalau kita mencoba merunur
keinginan hati dan dunia kita, pada akhirnya kita akan jatuh dalam
kesengsaraan dan ketakutan. Warna, bentuk, ucapan atau rayuan; semuanya
membentuk perasaan “melayang-layang” sangat senang, inilah yang sering
membuat manusia akhirnya jatuh ke lobang kematian akibat dosanya.
Padahal, kita juga membaca secara
jelas, bahwa Tuhan Allah kita sudah menempatkan kita di suatu tempat
yang sangat baik kondisinya. Manusia dijadikan sebagai “penguasa dan
pengusaha” di atas dunia. Namun apa lacur, jaminan Tuhan akan
pemeliharaanNya tidak sanggup meluluhkan godaan dan rayuan duniawi yang
sangat gencar mencoba menghipnotis kita. Tuhan bukan hanya menempatkan,
tapi juga sudah mempersiapkan “apa yang terbaik” menurutNya bagi
kebutuhan kehidupan manusia. Namun sekali lagi kelihatan “kebodohan”
manusia, manusia tidak punya pertahanan diri yang baik, dan juga manusia
tidak mempercayakan kehidupannya pada Sang Pencipta. Nah, berulang, dan
berulang yang ingin saya katakana adalah bahwa “upah” dati ketidak
percayaan kita adalah “kesusahan, penderitaan dan bahkan manusia yang
tadinya hidup dalam damai tanpa ada persaingan dan pwermusuhan; tapi
akhirnya semua itu berbalik. Manusia jatuh, manusia dijauhkan, manusia
tanpa kebanggaan.
Jemaat yang Tuan tetap kasihi,
Lalu sekarang mari kira renungkan
kembali, melihat dari sisi keterlibatan kita dalam kehidupan kita maka
paling tidak ada 3 (tiga) bagian bentuk keterlibatan kita yakni :
kehidupan kita pribadi, kehidupan kita dengan orang lain bisa itu
keluarga, teman atau orang lain, kehidupan kita dengan iman kita atau
gereja. Jangan-jangan akibat pengaruh kehidupan dunia yang begitu luar
bisa, maka sudah banyak diantara kita yang secara sadar atau tidak sadar
sudah menebar dan menanamkan “racun dunia”. Kehidupan kita dan yang
menyekitarinya sudah terlalu terbiasa bergelimang dengan racun (dosa).
Kita member hidup bagi kita dengan “hasil dosa”, member kehidupan bagi
keluarga dan orang lain juga dengan “hasil dosa” dan bahkan yang kita
persembahkan dengan bangganya ke gereja juga sebenarnya “hasil dosa” dan
kalau kita menyadarinya maka kita akan mengatakan “MENGERIKAN SEKALI”.
Apakah Tuhan akan senang dengan ini; jelas tidak. Ingat …. Dalam sebuah
bagian di kitab Amos dkatakan bahwa Tuhan jijik dan mau muntah menerima
persembahan umatnya….
Lalu….. apa masih bisa kita hidup
dalam “alam kejujuran”, mengandalkan anugrah dan pemeliharaan Tuhan”.
Jelas BISA…. Bukankah inti dari beriman itu adalah percaya dan
meletakkan seutuhnya kehidupan kita akan pemeliharaanNya. Memang sebagai
akibat dari dosa nenek moyang kita, kita mendapat imbasnya yakni Kerja
Keras. Namun bukan berarti Tuhan tidak peduli. Justru disinilah kata
kuncinya. Bekerja Keras dengan mempercayakan bahwa Tuhan peduli… Bekerja
Keras dengan mempercayakan Tuhan Memberi…. Bekerja Keras dengan
mempercayakan Tuhan Memberkati… Bekerja Keras dan Mensyukuri Berkat yang
Tuhan beri. Semua ini akan menjadikan kita lebih sehat baik secara
jasmani maupun rohani, karena apa yang kita berikan bagi diri kita,
keluarga dan orang lain, bahkan gereja akan menjadikan Tuhan semakin
membuka hati untuk mengasihi kita. JADILAH SALURAN BERKAT DALAM
KEHIDUPAN KITA DENGAN APA YANG TUHAN BERI DALAM KEHIDUPAN KITA…. AMIN….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar