Introitus :
Tetapi semua
yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa
Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh
hidup dalam nama-Nya. (Yoh.20:31).
Pembacaan : Mazmur 16:1b-11; Khotbah : 1 Petrus 1:3-9
Tema : Iman Yang Menghidupkan.
Pendahuluan
(1) Dalam penanggalan liturgi gerejawi, hari ini Minggu Quasimodo Geniti, maknanya:
- Quasimodo Geniti dalam bahasa Latin artinya sama seperti bayi-bayi yang baru lahir (1 Ptr 2:2).
- Istilah ini menggambarkan bahwa pertumbuhan bayi yang baik, sehat dan selamat harus selalu ingin air susu ASI (Air Susu Ibu). Selalu ingin berarti bukan kadang-kadang ingin dan kadang-kadang tidak. Tanpa ASI tidak dapat bertumbuh sehat dan selamat. Dengan gambaran ini sang bayi tidak dapat berbuat apa-apa, tanpa dekat dengan si Ibu. Hanya dalam pelukan si ibu, maka sang bayi merasa tenang.
- Kondisi ini diungkapkan permasmur dalam Mzm.62:2 “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku”.
- Bayi-bayi yang baru lahir sangat mengandalkan orangtuanya. Tidak ada sedikitpun rasa kuatir tentang kasih sayang dan kemampuan orangtuanya untuk memeliharanya.
- Jadi bagi bayi yang terpenting adalah orangtuanya, demikian tentunya bagi orang beriman yang terpenting Allah memelihara dan menyelamatkan walau apapun yang dialami.
(2) Tahun 2014
bagi GBKP adalah Tahun Peningkatan Kuantitas SDM yang berkualitas.
Pertanyaan dan sekaligus indikator keberhasilan Tahun Peningkatan
Kualitas SDM sesuai teks kita hari ini: Apakah ada keinginan untuk
selalu ingin ASI. Menurut ilmu medis bukan tidak perlu susu-susu yang
lain, namun kualitas susu murni ASI jauh lebih baik. Terlebih dalam
proses pemberian dan penerimaan susu ada sentuhan kasih yang luar biasa,
berupa pelukan, belaian, menimang, meninabobokan, mendoakan.
Khotbah:
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Dalam minggu
gerejawi hari ini kita memasuki Minggu setelah kita merayakan Paskah.
Sebuah ‘passion’ yaitu keinginan, semangat, tekad untuk mematikan
lembaran hidup lama yang dikuasai keinginan daging serta bangkit kembali
membuka lembaran baru yang dikuasai Roh Allah. Hal ini meningatkan
keberadaan kita sebagai orang Kristen yang sudah ‘lahir kembali’ seperti
bayi-bayi.
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
1 Petrus 1:3-9
yang menjadi perenungan kita hari ini tampaknya dipengaruhi pujian kuno
dalam gereja yang bisa diungkap dalam 3 (tiga) pujian:
Pertama, ayat
3-5 Pujian kepada Allah, Bapa sebagai pemrakarsa ciptaan baru. Allah
membangkitkan Yesus Kristus dari antara orang mati. Allah mengubah serta
memberikan kehidupan yang baru.
Kedua, ayat 6-9
Pujian kepada AnakNya, yang mengungkapkan kasihNya, sehingga dapat
bertahan menderita sengsara sampai mati. Allah menerima kematian Yesus
sebagai tebusan bagi dosa manusia. Yesuslah menjadi yang pertama dari
keluarga baru Allah. Semua yang percaya kepadaNya akan bangkit dari
kematian. Karya kasih inilah yang membuat bergembira, sekalipun sekarang
harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
Ketiga,
sebenarnya ayat setelah perikop kita hari ini dari ayat 10-12 yaitu
Pujian kepada Roh Kudus yang menjadi nyata dalam pemberitaan para nabi.
Ketiga pujian
ini sejalan dengan pujian yang diungkapkan dalam Titus 3:4-8. Kalau kita
perhatikan kelima ayat dalam Titus ini: nyata kemurahan Allah yang
telah menyelamatkan kita. Hal itu sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh
Yesus Kristus Juruselamat kita sehingga kita berhak menerima hidup yang
kekal. Ini semua bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan,
tetapi oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
Jemaat yang dikasihi Tuhan !
Perenungan kita
hari ini hanya mengambil dua bagian dari pujian itu, yaitu pujian
kepada Bapa dan Anak-Nya yang dalam peringatan Paskah minggu lalu telah
menyelesaikan karya Agung untuk menyelamatkan umat manusia yang percaya
kepadaNya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan !
Surat Petrus
yang pertama ini dituliskan untuk menguatkan orang Kristen yang tersebar
bagian Utara Asia Kecil yang berbudaya Yunani, demikian juga komunitas
yang berbudaya bagian Timur yang sekarang disebut Iran. Orang Yahudi
juga banyak yang tinggal disini. Pokoknya supaya semuanya sabar
menanggung penderitaan karena beriman. Yang jelas bahwa penderitaan itu
tidak akan mampu mengalahkannya karena Yesus sendiri telah lebih dahulu
mengalami kesengsaraan dan derita sampai mati untuk mengampuni dosa
mereka yang beriman kepadaNya. Dan karena Allah telah membangkitkan
Yesus dari kematian, maka orang Kristen akan dibangkitkan juga menuju
hidup baru yang ditandai dengan baptisan.
Jemaat yang dikasihi Tuhan !
Kehidupan
gereja pertama yang diperhadapkan dengan berbagai tantangan dan
penderitaan sangatlah mengharapkan kedatangan Kristus yang mulia itu
(parousia). Pengharapan itu menggebu-gebu dan hampir tidak pernah padam.
Yang menjadi masalah ialah apakah keyakinan seperti itu harus
dihubungkan dengan soal waktu: kapan Ia akan datang? Ataukah dengan soal
mutu: bagaimanakah orang beriman bisa menyambut kedatangan Kristus
dengan pantas? Dalam perenungan kita ini masalah bagaimana orang beriman
seharusnya menyambut kedatangan Kristus mendapat tekanan yang sangat
kuat. Kekayaan iman harus dibuktikan dengan perjuangan hidup, juga kalau
kehidupan ini harus disertai dengan penderitaan. Kehidupan Kristen
bahkan akan bersinar cemerlang di dalam penderitaan itu. Dalam ayat 7
dengan sangat jelas digambarkan seperti ‘emas dalam api’. Emas diuji
kemurniannya dalam api. Emas dipanaskan untuk menghilangkan hal-hal yang
membuatnya tidak murni. Setelah proses itu, didapatlah emas murni.
Hanya emas murnilah yang mampu bersinar indah di bara api. Demikian juga
dengan iman. Iman seseorang perlu diuji dan ‘dibakar’ melalui pencobaan
dan penderitaan agar menjadi murni dan kokoh.
Jemaat yang dikasihi Tuhan !
Bahaya yang
mengancam iman Kristen tidak hanya datang dari pengajaran, melainkan
yang lebih gawat lagi datang dari dalam diri orang beriman itu sendiri:
semangat puas tanpa mau menyelidiki, menanyakan terus menerus dan
menggali lagi. Dengan demikian orang akan terus dirongrong ketahanan
imannya. Sejarah gereja juga telah membuktikan bahwa kualitas
kekristenan akan lebih baik pada saat diperhadapkan dengan berbagai
tantangan dan penderitaan. Sebaliknya kalau gereja masuk ke ‘zona aman’
akan biasa-biasa, tidak bergairah, tidak lagi menyala, tidak lagi
berkembang dan bisa mati. Tentu kita teringat akan pengalaman Petrus,
Yakobus dan Yohanes yang terperangkap ke dalam zona aman, mau tinggal di
gunung karena telah mengalami ketenangan dan kesenangan. Bahkan mau
mengabadikan diri dalam keadaan yang sudah enak dan menyenangkan. Bahkan
mau mendirikan kemah untuk berlama-lama dalam zona aman tersebut.
Ternyata saat itu juga Yesus menyuruh turun dari gunung, ke kehidupan
nyata yang penuh dengan pergumulan. Kita juga mengingat Abraham yang
telah mapan, hidup bahagia bersama sanak saudara, keluarga ibu bapa,
makmur. Tapi dalam Kej.12 diceritakan Tuhan menyuruh Abraham pergi
berangkat ke tempat yang belum jelas untuk meninggalkan kemapanan.
Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu
ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Negeri yang penuh tanda
tanya. Jadi kemapanan, kebekuan hidup, tidak dianggap menguntungkan
dalam kehidupan beriman. Hubungan manusia dengan Tuhan harus berubah,
hari lepas hari harus meningkat, tidak berjalan di tempat. Harus terus
berkembang sampai akhir hidup.
Jemaat yang dikasihi Tuhan !
Kita bersyukur
dengan perkembangan zaman dan teknologi yang begitu pesat. Perkembangan
teknologi telah membuka mata dunia untuk melakukan penelitian-penelitian
yang luar biasa. Industri raksasa semakin menjamur, penemuan berbagai
obat-obatan semakin hebat. Namun kita tidak dapat menyerahkan dan
menggantungkan diri kepada perkembangan teknologi tersebut. Sebaliknya
dengan perkembangan teknologi tanpa dilandasi etika moral hubungan
sesama manusia justru memberikan dampak korban yang luar biasa pula
kepada manusia. Kita mengingat perang dunia I dan II dengan bom atom
Hirosima dan Nagasaki di Jepang. Begitu banyak korban manusia.
Perkembangan industri juga berakibat kurang air bersih, polusi udara,
banjir dimana-mana. Dengan temuan obat-obat, sering disalah gunakan
sehingga menjadi pembunuh manusia yang luar biasa pula.
Jemaat yang dikasihi Tuhan !
Karenanya tepat
sekali pembacaan kita dari Mazmur 16 tadi, berbahagialah orang yang
saleh, yang hanya memandang dan mengandalkan Allah yang ia imani dan
amini tidak akan menyerahkan ke dunia orang mati. Allah itu akan
memberitahukan jalan kehidupan, padaNya ada sukacita berlimpah-limpah
dan hikmat senantiasa. Jadi walau apapun yang Tuhan ijinkan kita alami,
baik sukacita atau derita kita jalani bersama Tuhan. Yang pasti bersama
Tuhan aman, dan diluar Tuhan akan binasa.
Sebagai ilustrasi :
(1) Pengalaman
Jemaat GKI Bapos Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Tambun Bekasi. IMB
sudah diterbitkan pada tanggal 13 Juli 2006, dipersoalkan pada tanggal
11 Oktober 2006 serta dibatalkan pada tanggal 25 Februari 2008. Namun
Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan keputusan No.127 PK/TUN/2009 yang
menyatakan bahwa IMB pihak GKI Yasmin sah. Sampai saat ini keputusan MA
ini belum direalisir. Hal yang sama OMBUDSMAN R.I. mendukung GKI Yasmin.
Peristiwa ini mengingatkan Kaisar Nero yang membakar Kota Roma membuat
derita umat Kristen semakin berat.
(2) Bandingkan
babi hutan dan babi peliharaan.Babi hutan mengandalkan kekuatan sendiri,
berjuang sendiri dan hidup dalam keadaan yang tidak menentu. Ada suara
anjing menggonggong sudah ketakutan, ada suara letusan sudah tidak
karuan. Sedangkan babi peliharaan ‘merasa’ ada pemilik yang turun tangan
kalau ada yang mengganggunya, apakah dengan adanya suara anjing atau
letusan, biasanya tetap tenang dikolong rumah pemiliknya. Tenang dekat
pemiliknya. Mzm.62:2 “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari
pada-Nyalah keselamatanku”. (EP)
Pdt. E.P. Sembiring
Tidak ada komentar:
Posting Komentar