SUPLEMEN
BIMBINGEN KHOTBAH
MINGGU,
26 Juli 2015
(MINGGU
VIII KENCA TRINITATIS/MINGGU TRI TUGAS
GEREJA)
Tema
:”Kupakeken Si Lit Ibas Aku”
Invocatio: Mat. 25: 21 Ogen : Mat. 25:14-30 (Tunggal) Khotbah : 1 Tes. 1:1-10 (Tunggal)
Persikapen,
Pembelajararen Konteks Komponen Khotbah
Invocatio : “Maka kata
tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan
setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu
tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam
kebahagiaan tuanmu. ” (Mat. 25 : 21)
Penjelasan : Kesetiaan pada perkara kecil akan mendapatkan
kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih besar.
Ogen
: Mat. 25 : 14-30 (Tunggal)
Penjelasan :
Ay.14-15
: Dalam perikop ini, Kerajaan Surga diperumpamakan dengan seorang tuan yang
pergi melakukan perjalanan dan mempercayakan hartanya kepada hamba2nya. Masing-masing
5, 2 dan 1 talenta. Jumlah yang berbeda ini sebenarnya membawa pesan yang cukup
kuat dalam keseluruhan perumpamaan. Mengapa tidak diberikan jumlah yang sama,
bukankah memberikan jumlah yang sama lebih berkesan adil dari pada
berbeda-beda? Kalimat kunci yang memberikan petunjuk bagi masalah ini adalah
“masing-masing menurut kesanggupannya.” Artinya: tuan tersebut mengenal
masing-masing hamba dan ia mempercayakan
hartanya agar hamba-hambanya mengelola harta yang dipercayakannya
tersebut karena itu harus sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Jumlah
talenta yang diberikan adalah manifestasi dari kapasitas dan kesanggupan
hamba-hambanya itu.
Ay.
16-18 : Hamba pertama dan kedua dipercayakan 5 dan 2 talenta. Setelah
mendapatkan kepercayaan 5 talenta, hamba pertama langsung pergi menjalankan uang tersebut. Kata “menjalankan”
dalam bahasa aslinya adalah “ergazomai” yang sebenarnya lebih tepat diterjemahkan
“bekerja/ mengerjakan.” Jadi hamba yang pertama pergi untuk mengerjakan
sejumlah talenta yang diberikan kepadanya dan ketika tuannya pulang, talenta
yang tadinya 5 telah berlaba berlipat kai ganda menjadi 10 talenta. Demikian
juga Hamba kedua melakukan hal yang sama, dan ia mendapatkan laba 2 talenta
sehingga menjadi 4 talenta. Tapi hamba yang ketiga berbeda, ia hanya menggali
lubang dan mengubur talenta yang dipercayakan tuannya.
Ay.
19- 23 : Pada waktu tuan itu kembali, ia membuat perhitungan dengan
hamba-hambanya. Hamba pertama dan kedua menghadap dengan membawa talenta yang
dipercayakan kepada mereka beserta dengan labanya. Dari respon tuan mereka, klausa terpenting yang memberikan pesan kunci
tentang apa yang telah dikerjakan oleh hamba-hambanya adalah “hamba yang baik dan setia.” Kedua
hamba tersebut dikatakan “baik” karena mereka setia atas tanggung jawab yang
dipercayakan kepada mereka. Tuan tersebut mengatakan bahwa perkara itu adalah perkara
kecil karena itu ia akan mempercayakan mereka perkara yang besar. Sikap setia
pada perkara kecil adalah sikap yang baik. Kesetiaan dan kebaikan mereka
mendapatkan buah yang lain yaitu kepercayaan untuk perkara-perkara besar.
Ay.
24-27 : Kontras dengan hamba pertama dan kedua, hamba yang ketiga tidak memulai
dialog dengan menjelaskan bagaimana keberadaan harta yang telah dipercayakan
tuannya itu kepadanya. Ia justru memberikan sebuah pembenaran atas apa yang
sudah ia lakukan dan menuduh tuannya seorang yang “kejam” (kata yang hanya
digunakan oleh Matius), karena : bersikap picik dan hanya memanfaatkan dirinya,
(a) menuai di tempat di mana dia tidak
menabur dan (b) memungut dari tempat di
mana dia tidak menanam.
Apakah
tuannya kurang mengenal hambanya itu sehingga salah perhitungan dengan memberikan-
nya 1 talenta? Hamba ketiga ini sebenarnya mampu menghasilkan 1 talenta lagi
sehingga harapan tuannya sepulangnya
dari perjalanan ia memiliki 2 talenta di tangan. Kemampuannya 1 talenta
tetapi menghasilkan 0, maka tuannya mengatakan “engkau hamba yang jahat dan
malas.” Ia diberikan 1 karena ia pasti
mampu menghasilkan 1 talenta lagi, di mata tuannya hamba ketiga ini adalah
hamba yang malas tidak dapat dipercaya, tidak mau maksimal oleh karena itu ia
tidak akan dipercayakan perkara-perkara yang besar karena hanya dengan perkara
yang kecil saja ia tidak becus.
Mengelola
dan mengerjakan talenta-talenta itu adalah ujian apakah mereka layak untuk dipercayakan
perkara-perkara yang besar. Yang dituntut bukanlah angka tetapi sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
Sejumlah
talenta yang dipercayakan ini bukanlah berbicara mengenai uang atau harta
semata melainkan tentang kesetiaan dalam kepelayanan hamba-hamba tersebut
kepada tuan mereka. Pesan perumpamaan ini secara keseluruhan adalah berbuah
dan bertanggung jawab atas semua yang Tuhan percayakan baik itu waktu,
kemampuan, uang, dsb. Konsep talenta ini seharusnya membuat orang percaya tidak
saling cemburu. Sebagian orang Kristen diberikan karunia yang luar biasa
sehingga mereka dapat melakukan banyak hal dengan sangat baik tetapi sebagian
lagi hanya bisa mengerjakan sedikit. Tuhan selalu
memberikan pelayanan berdasarkan kemampuan orang tersebut untuk mengerjakannya
dengan baik. Oleh karena itu orang yang dipercayakan banyak harus bekerja lebih
keras dan orang yang dipercayakan hanya sedikit tidak boleh merasa diri kecil.
Setiap orang memiliki bagiannya sendiri-sendiri karena itu setiap orang percaya
harus menggumulkan apa yang menjadi bagiannya dan mengerjakannya dengan setia
sampai waktu yang dipercayakan itu selesai.
IST Ogen : setia dan bertanggung jawab atas apa yang dipercayakan
kepada kita
Khotbah : I Tesalonika 1: 1-10
Penulis : Rasul Paulus
Tahun
Penulisan : sekitar 51 M
Strukturisasi dan Penjelasan : I
Tesalonika 1:1-10
Latar belakang :Kota Tesalonika adalah kota pelabuhan yang paling terkemuka di propinsi Makedonia. Dikuasai Romawi pada tahun 168 SM dan tidak lama kemudian Tesalonika menjadi ibukota provinsi Makedonia. Paulus mengunjungi kota itu pada perjalanan misinya yang kedua. Dia melayani di sana bersama dengan Silas. Di sana sudah ada rumah ibadat Yahudi. Paulus tinggal dan memberitakan Injil di sana beberapa waktu lamanya (Kis.l 17:1-9). Hasil dari pelayanan ini ialah banyak orang menjadi percaya (Kis. 17:4). Paulus hanya sempat melayani di sana beberapa minggu, dan pasti iman mereka belum kuat. Paulus dan Silas meninggalkan kota Tesalonika karena permusuhan di kalangan Jahudi di kota itu. Setelah meninggalkan kota Tesalonika, Paulus menyuruh Timotius ke Tesalonika untuk menanyakan tentang keadaan mereka dan mengukuhkan iman mereka (1 Tesalonika 3:2).Penjelasan Teks :
Ay. 1- 8 : Rasul Paulus, Silwanus dan Timotius menulis surat
kepada Jemaat Tesalonika, sambil mengucap syukur kepada Tuhan untuk
keberadaan jemaat Tesalonika, yang begitu dipuji Paulus. Karena jemaat Tesalonika
menurut mereka telah menjadi teladan bagi banyak orang percaya, “…di semua
tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tak
usah mengatakan apa-apa tentang hal itu.” Jemaat ini tidak hanya dikenal di
wilayah Makedonia dan Akhaya (yaitu Negara Yunani saat ini), tetapi juga di
semua tempat (ay. 7-8).
Apa yang membuat Jemaat Tesalonika begitu terkenal? Pada bagian
ayat ini Paulus menyebutkan beberapa hal yang patut dipuji dan dibanggakan
dari kehidupan jemaat Tesalonika yang menjadikan mereka menjadi teladan bagi
banyak orang, antara lain karena : pekerjaan
iman, usaha kasih, ketekunan pengharapan, menjadi penurut para rasul dan
Tuhan, menerima firman dengan sukacita di tengah penindasan, dan iman mereka.
Kelihatannya yang membuat Jemaat Tesalonika begitu tersohor tidak sama
dengan hal-hal yang sekarang dianggap penting oleh gereja-gereja umumnya saat
ini, mis : rumah ibadah yang megah dan mewah, memiliki jemaat yang besar dan
program-program yang spektakuler. Jemaat Tesalonika menjadi tersohor karena
iman mereka kepada Allah dalam Kristus Yesus dan karena mereka bersaksi
melalui gaya hidup. Paulus mengatakan : "Karena dari antara kamu firman
Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua
tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak
usah mengatakan apa-apa tentang hal itu" (Ay. 8). Salah satu ciri hidup
yang Alkitabiah ialah adalah ketika kita bersaksi melalui seluruh aspek hidup
kita (life style). Ke mana, kapan dan di mana saja, bersaksi itu jadi gaya
hidup orang Kristen. Rasul Paulus memuji kehidupan jemaat Tesalonika.
Bagaimana mereka hidup sebagai saksi Tuhan. Dampaknya sangat luar biasa. Injil
Kristus tersebar keluar bukan saja di Makedonia dan Akhaya saja. Tetapi
menembus ke luar Makedonia dan Akhaya.
Ay. 9-10 : Dibandingkan dengan karya Paulus di jemaat-jemaat lain,
Jemaat Tesalonika relatif singkat menerima pelayanan Paulus. Akan tetapi, mereka
dengan cepat beralih dari mengikuti penyembahan berhala dan mereka tetap
tekun dalam iman biarpun di tengah penganiayaan. Pada masa itu, menjadi
Kristen penuh dengan banyak tantangan dari masyarakat sekitar yang beragama
lain. Tidak jarang pula jemaat menghadapi penganiayaan dari pemerintah
setempat yang menganggap Kaisar sebagai dewa yang layak disembah, dan
orang-orang Kristen yang tidak mau tunduk menyembah Kaisar dianggap
pengkhianat negara. Di tengah keadaan seperti itu, Jemaat Tesalonika tetap mewujudnyatakan
iman mereka melalui berbagai perbuatan kasih yang ditujukan baik kepada para
Rasul maupun juga kepada masyarakat Tesalonika pada umumnya. Iman, perbuatan
nyata, dan keteguhan mengikut Tuhan di tengah penderitaan agaknya adalah
aspek-aspek kehidupan gerejawi yang paling penting dalam kehidupan gereja
mula-mula. Hal-hal inilah yang membuat para Rasul bersukacita atas keadaan
jemaat di Tesalonika. Keteguhan Jemaat Tesalonika mengikut Tuhan menjadi
teladan yang menguatkan kehidupan iman jemaat-jemaat lain di Makedonia,
Akhaya bahkan di provinsi-provinsi lain.
IST Khotbah : Jadikan
gaya hidup kita menjadi kesaksian iman
Menginspirasi
Khotbah:
v IST Invocatio: Kesetiaan pada perkara
kecil akan mendapatkan kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih besar.
v
IST
Ogen: setia dan
bertanggung jawab atas apa yang dipercayakan kepada kita
v IST Khotbah: Jadikan gaya hidup kita
menjadi kesaksian iman
v Tema: Kupakeken Si Lit Ibas Aku
v Tujun Khotbah: Agar Jemaat dapat
mempersembahkan apa yang ada padanya, termasuk harta, talenta, pengetahuan,
tenaga, pikiran bagi pekerjaan Gereja Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan
KHOTBAH
LENGKAP :
Kita tidak hidup dalam konteks Jemaat Tesalonika. Kita tidak
menghadapi penganiayaan dan kebanyakan di antara kita sudah menjadi Kristen
cukup lama dan bahkan turun temurun. Akan tetapi, baiklah kita juga berkaca
dari aspek-aspek penting kehidupan gerejawi dari abad pertama di Tesalonika.
Apakah kita menata kehidupan bergereja yang mengutamakan pembangunan iman
anggota jemaat ? Apakah kita memampukan jemaat untuk mewujudnyatakan iman
dalam berbagai perbuatan kasih? Apakah kita juga menghidupi iman kita
sedemikian rupa sehingga menguatkan iman jemaat-jemaat lain di luar batas
wilayah kita? Sekilas, ini adalah pertanyaan-pertanyaan penting untuk dijawab
oleh kita. Jemaat hanya bisa berkembang dan menjadi teladan bagi
jemaat-jemaat lainnya jika seluruh komponen jemaat bekerjasama aktif dan
berpikir aktif untuk mewujudkan teladan iman yang dicatat dalam Surat I
Tesalonika. Namun, bukan dengan kekuatan manusia saja kita membangun dan
mengembangkan jemaat. Paulus tidak melupakan peranan penting Roh Kudus yang
menopang kehidupan jemaat Tesalonika. Baiklah kita masing-masing
menyumbangkan tenaga, pikiran dan doa kita dengan membuka diri kita untuk
dipakai oleh Roh Kudus untuk perkembangan jemaat.
Sebaiknya setiap dari kita mengambil satu pelayanan gerejawi yang
sesuai dengan talenta yang Tuhan telah karuniakan untuk bersama-sama mengembangkan
jemaat. Ada banyak pelayanan yang bisa dilakukan atau bisa dirintis asalkan
kita terbuka pada tuntunan Roh Kudus. Pelayanan itu tidak perlu dimulai dari
suatu rencana yang rumit. Misalnya, kita bisa menyediakan diri untuk menjadi pendoa
syafaat bagi pelayan/petugas ibadah,
anggota Tim Doa atau Tim Perkunjungan,
menjadi pemusik atau pemimpin pujian. Siapa saja boleh ambil bagian
aktif dalam pelayanan. Dari hal-hal yang sederhana, mungkin Roh Kudus bisa
menggerakkan hati kita untuk mengambil bagian-bagian lain yang lebih besar
untuk perkembangan jemaat selama kita mau menjadi alatNya sesuai dengan
kesanggupan yang ada pada kita sebagaimana perumpamaan talenta dalam ogen. Perumpaan Yesus ini mengajak kita untuk :
tidak buru-buru mengkaitkan talenta sebagai kemampuan, keahlian
atau bakat. Sebab dalam teks kita talenta adalah 'modal' yang diberikan oleh
Sang Tuan supaya kita bisa berkarya dan melakukan sesuatu yang menyenangkan
hati Sang Tuan! Jadi inti masalahnya ternyata bukan terletak pada 'besar atau
kecilnya' modal yang ada dalam diri kita ... akan tetapi kemauan untuk 'tidak
memendam dalam tanah' segala sesuatu yang ada dalam kehidupan kita!
Gunakan modal yang ada dalam diri kita untuk mulai
menumbuhkembangkan segala sesuatu yang menjadi harapan kita sesuai dengan tanggung jawab dan
kepercayaan yang diberikan Tuhan. Melalui perumpamaan tentang talenta, ada
tiga hal yang dapat kita pelajari:
1.
Semua hal yang kita miliki,
pemberian Tuhan. Kita harus bertanggung jawab atasnya, kepada Tuhan. Dalam
perumpamaan itu dikatakan, bahwa masing-masing
hamba diberi tanggung jawab yang khas/khusus sesuai dengan kesanggupannya.
2.
Kita diberi oleh Tuhan tugas
atau peranan penting yang berbeda- beda. Pelajaran indah dari perumpamaan
hamba-hamba tersebut yaitu tiap-tiap orang diperlengkapi oleh Tuhan dengan
talenta yang berbeda-beda untuk menjalankan tugas dan peranan yang telah
Tuhan percayakan kepada kita. Meski peranan atau tanggung jawab tersebut
terlihat remeh atau kurang penting di mata manusia, tapi itu merupakan
sesuatu yang penting dan indah bila dikerjakan untuk dan bagi kemuliaan
Tuhan, untuk menyenangkan hati Tuhan.
3.
Kita harus setia dalam
menjalankan tugas yang telah Tuhan berikan kepada kita dan kita tidak
seharusnya membanding-bandingkan talenta yang kita dapat dari Tuhan. Karena
masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda- beda.
Membanding-bandingkan talenta hanya akan membuat kita tinggi hati atau malah
sebaliknya merasa rendah diri sehingga membuat kita tidak bisa mengembangkan
talenta yang ada pada diri kita. Sebaliknya kita harus mempertanggungjawabkan
talenta yang dipercayakan oleh Tuhan dan terus berusaha memaksimalkan dan
mengembangkan talenta yang kita miliki dan setia dalam mengerjakan apa yang
telah Tuhan beri dan percayakan kepada kita. Tuhan akan memimpin langkah kita
untuk terus bertumbuh dan maju.
4.
Tema : Kupakeken si lit ibas
aku, artinya kita tidak dituntut untuk menggunakan apa yang tidak ada pada
kita tapi dituntut untuk menggunakan hanya apa yang ada pada kita, sesuai
dengan kemampuan kita akan tetapi harus dengan maksimal sehingga menghasilkan
sesuatu yang maksimal juga. Melalui teks khotbah, Paulus mengajak kita untuk
meneladani sikap hidup jemaat Tesalonika yang memakai seluruh apa yang ada
padanya, termasuk melalui sikap hidupnya dipakai secara maksimal untuk
menyatakan kasih, pekerjaan iman untuk membantu dan mengasihi orang lain
sehingga menjadi kesaksian yang membangun banyak orang. Pakelah hidup kita,
apa yang ada pada kita, pengetahuan, materi, pemikiran, tenaga untuk menjadi
kesaksian yang membangun iman jemaat dan orang lain di sekitar kita. Tuhan
memberkati.
Pdt.
Jenny Eva Karosekali, S.Th, M.Min.
Rg.
GBKP Cengkareng
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar